Ketua Asosiasi Petani Pangan Indonesia Jawa Timur, Jumantoro mengatakan, hujan yang merata di Kabupaten Jember sejak tadi malam menyebabkan debit air di saluran irigasi meluap. Setidaknya ada ratusan hektar tanaman terendam air setinggi 20-50 cm.
Polisi saat memantau perkembangan arus lalu lintas Jember-Banyuwangi di Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo (Foto: Dok Polsek Sempolan)
Macet Menuju Pelabuhan Ketapang, Arus Jember-Banyuwangi Lancar
Tak ingin merugi lebih banyak lagi, para petani berjibaku menguras air menggunakan mesin pompa air. Meskipun air berangsur berkurang, namun potensi gagal panen masih cukup besar, khususnya tanaman tembakau.
“Tanaman tembakau usia tiga bulan apabila tergenang air potensi rusaknya cukup tinggi. Meskipun tanaman tembakau yang baru berusia kurang dari satu bulan juga sama,” kata Jumantoro, Jumat, 7 Juli 2023.
Dampak hujan yang terjadi sejak tadi malam menambah daftar panjang penderitaan petani di Kabupaten Jember. Sejak awal para petani telah berjibaku di tengah kondisi cuaca ekstrem, dengan mengeluarkan biaya produksi yang lebih banyak.
Namun di sisi lain, kebijakan pemerintah kurang berpihak kepada para petani. Khususnya para petani tembakau tidak mendapat jatah pupuk bersubsidi.
Padahal, secara ekonomi para petani tembakau dan petani lainnya sama. Mereka sama-sama meminjam uang ke bank untuk biaya produksi.
Khusus biaya produksi tanaman tembakau berusia 2 sampai 3 bulan bisa menghabiskan modal Rp10-20 juta, belum ditambah biaya sewa lahan.
“Hampir semua petani bercocok tanam menggunakan uang pinjaman dari bank. Petani yang meminjam uang ke bank akan merasa sangat terpukul dengan kondisi saat ini,” lanjut Jumantoro.
Karena itu, Jumantoro berharap ada uluran tangan pemerintah. Selain menyediakan alokasi pupuk bersubsidi bagi petani tembakau, pemerintah juga diharapkan hadir meringankan beban para petani. Setidaknya pemerintah membantu relaksasi kredit.
“Nasib petani saat ini bukan untung, tetapi buntung (rugi). Ditambah harga hasil produksi pertanian mulai dari jeruk, tomat, dan cabai anjlok. Padahal membutuhkan biaya yang besar,” pungkas Jumantoro.
Sementara itu, tanaman milik Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Jember, Sholeh juga terendam air. Saat ini, Sholeh juga sedang berjibaku menguras air menggunakan mesin pompa.
Soleh berharap tanaman tembakau miliknya yang berada di sawah di Desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan yang kini terlihat layu karena terendam air masih bisa diselamatkan, meskipun kualitasnya menurun.
Posting Komentar