Aksi tersebut dilakoni tiga napi ID alias Mencos (25), JN alias Ijam (30) dan FA alias Ape (29). Trio napi asal lembaga pemasyarakatan (Lapas) Jelekong, Kabupaten Bandung ini melakukan cara penipuan dan pemerasan terhadap sejumlah wanita dengan modus menyebar video bugil korban untuk meraup duit.
Kasus tersebut terungkap setelah Polrestabes Bandung menerima laporan dari salah satu korban pemerasan. Personel Satreskrim Polrestabes Bandung di bawah pimpinan Kasatreskrim AKBP M Yoris Maulana bergerak hingga mampu mengungkap kasus tersebut.
Awalnya, ketiga napi ini telah menggenggam ponsel meski berada di Lapas. Mereka lalu membuat akun Facebook melalui ponselnya. Akun yang dibuat mereka nyatanya palsu. Mereka mengarang identitas sampai mencomot foto orang lain untuk dijadikan foto profil Facebook-nya.
"Fotonya ngambil punya orang lain. Pakai yang ganteng dan menarik perhatian wanita. Termasuk identitas di medsosnya dipalsukan. Ada yang mengaku polisi, pelayaran lalu kerja di Pertamina, pokoknya yang menarik," tutur Hendro.
Akun medsos palsu itu dijadikan 'senjata' napi untuk melakukan aksinya. Mereka kemudian mulai mencari sasaran wanita-wanita yang terlihat 'kesepian'.
"Jadi dia sistemnya berkenalan secara acak. Jadi ada yang di Bandung, Jakarta, Kediri, Surabaya. Bahkan ada korban dari luar negeri, dari Saudi Arabia," ujar Hendro.
Setelah berteman di medsos, mulailah awal mula praktik itu dilakukan. Napi bertukar pesan dengan korbannya melalui Facebook. Setelah cukup intens berbalas pesan, pelaku dan korban bertukar nomor ponsel.
Komunikasi mereka pun berlanjut di aplikasi perpesanan WhatsApp. Akal bulus napi mulai bekerja. Rayuan gombal dilontarkan kepada wanita korbannya.
Kisah asmara antara pelaku dan semakin dalam. Bahkan pelaku berjanji akan menikahi wanita yang jadi korbannya apabila telah selesai menjalani tugas.
Janji manis pelaku membuat korban terpikat. Hingga akhirnya dimanfaatkan pelaku untuk melakukan virtual seks. Pelaku kerap mengajak chat sex, phone sex dan video seks.
"Karena sudah percaya inilah, komunikasinya makin intens. Pelaku mengajak phone seks hingga video seks yang ternyata direkam," ucap Hendro mengungkapkan.
Pelaku kerap berdalih saat korban mengajak 'kopi darat'. Pelaku beralasan tidak bisa bertemu lantaran terikat tugas kerja yang tak bisa ditinggal.
Namun akhirnya, pelaku justru meminta uang kepada korban dengan dalih untuk membayar agar bisa mengajukan cuti. Nominalnya beragam. Korban ada yang menyanggupi ada juga yang tidak. Untuk korban yang tidak menyanggupi, pelaku malah mengancam akan menyebarkan video bugil korban yang sudah direkam.
"Pada prinsipnya, setelah dia mendapatkan korban, wanita tersebut ditarik uang sebanyak-sebanyak sampai puluhan bahkan ratusan jut (rupiah) untuk satu korban. Malah sampai korbannya kolaps tidak menanggapi lagi pelaku," kata Hendro.
Kasatreskrim Polrestabess Bandung AKBP M Yoris Maulana mengungkap bahwa pelaku memiliki target dalam praktik penipuan ini. Dalam sepekan, minimal dua wanita masuk perangkap mereka.
"Satu kepala setiap minggunya diminta sepuluh juta (rupiah)," kata Yoris.
Uang disetorkan melalui rekening yang dipegang seseorang di luar lapas. Setiap hari Jumat, uang ditarik dan dikirimkan langsung ke lapas.
Praktik penipuan dan pemerasan tersebut nyatanya sudah menjadi 'tradisi' di lapas Jelekong. Menurut GN (28), salah satu napi yang jadi saksi kunci kasus ini, hampir seluruh napi melakukan aksi serupa.
"Hampir seluruhnya, 95 persen terlibat," kata GN.
Menurut dia, setiap napi yang masuk akan didoktrin untuk bisa menghasilkan uang. Tidak ada cara lain untuk menghasilkan uang kecuali dengan cara menipu dan memeras korban melalui medsos.
Hal itupun dialami olehnya. Sejak masuk ke Lapas Jelekong pada 2017, GN mulai diajari cara menipu dan memeras menggunakan modus itu. Dia langsung diajari oleh kepala kamar tempatnya 'tinggal'. Awalnya dia menolak lantaran cukup riskan. Namun ia akhirnya terpaksa melakukan mulai awal tahun 2018. Total korban GN dua wanita yang telah menyetor masing-masing Rp 20 juta.
"Kalau tidak melakukan konsekuensinya dipukulin," ucap GN.
+ comments + 1 comments
Several non-public rehabilitation centres offer residential and out-patient help for drawback gamblers. There are no offline Gamblers Anonymous meetings in Malaysia however on-line entry to GA is feasible. We are aware that non-public psychiatric hospitals and habit specialists offer individual psychotherapies (mostly cognitive–behavioural therapy) for drawback gamblers and supportive psychotherapy to their households. Most casual gamblers cease when shedding or set a restrict on how a lot they're keen to lose. But people with a compulsive gambling drawback are compelled to keep half in} to recover their cash — 바카라 사이트 a pattern that becomes more and more damaging over time.
Posting Komentar